CHAPTER 2 & 3 - COST CONCEPTS AND COST ACCUMULATION

KONSEP COST DAN EXPENSE

1. Pengertian cost dan expense.
     Cost adalah harga yang dibayar (pengorbanan) untuk mendapatkan manfaat. Harga yang dibayar atau pengorbanan yang dilakukan ditandai dengan berkurangnya aset (misalnya cash) atau bertambahnya liability (misalnya account payable). Apabila suatu barang diperoleh melalui pembelian secara tunai, cost barang tersebut meliputi sejumlah uang yang dibayarkan. Apabila pembelian dilakukan secara kredit, cost barang tersebut ditandai dengan jumlah utang (account payable) yang diakui atau dicatat. Dengan demikian, cost bisa diartikan sebagai biaya perolehan (biaya). Contoh, perusahaan manufaktur membeli material dengan harga satu juta rupiah sudah termasuk ongkos kirim dan tidak ada biaya asuransi dan instalasi. Apabila dibayar secara tunai maka cash berkurang satu juta rupiah dan material bertambah satu juta rupiah. Dalam hal ini total aset tidak berubah. Yang terjadi hanyalah perubahan komposisi aset, cash berkurang dan material bertambah. Apabila pembelian material tersebut dilakukan secara kredit maka account payable bertambah satu juta rupiah dan material bertambah satu juta rupiah. Dalam hal ini total aset bertambah satu juta rupiah. Kenaikan total aset diimbangi dengan kenaikan total liability dengan jumlah yang sama sehingga net aset (total aset – total liability) tidak berubah.

     Seringkali istilah cost disamakan dengan istilah expense. Sebenarnya expense bisa diartikan sebagai cost yang terpakai untuk mendapatkan revenue. Dalam akuntansi dikenal prinsip “matching cost against revenue” yaitu menandingkan revenue suatu periode dengan cost yang terpakai untuk menghasilkan revenue tersebut. Cost yang ditandingkan dengan revenue itulah yang disebut sebagai expense (beban). Besarnya expense diukur sebesar penurunan aset atau kenaikan liability dalam rangka menghasilkan revenue.

2. Cost object.
     Cost object (objek biaya) adalah item atau aktivitas di mana cost diakumulasikan dan diukur. Objek biaya menjawab pertanyaan biaya apa? Contoh objek biaya antara lain produk, batch, pesanan pelanggan, kontrak, proyek, proses, divisi, departemen, tujuan strategis. Contoh objek biaya dan unsur-unsur biayanya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :



Jenis Objek Biaya
Objek Biaya
Biaya
Produk
Meja

o kayu
o paku
o lem
o cat
o upah tukang
o listrik
o depresiasi peralatan
o depresiasi gedung

Proses
Perakitan

o upah pekerja
o listrik
o depresiasi peralatan
o depresiasi gedung

Divisi
Divisi Pemasaran

o gaji pegawai
o gaji supervisor
o gaji kepala divisi
o alat tulis kantor
o depresiasi peralatan
o depresiasi kendaraan
o depresiasi gedung




 PENGERTIAN DIRECT DAN INDIRECT COST

        Setelah objek biaya ditetapkan, pengukuran biaya tergantung pada traceability biaya ke objek biaya. Traceability ini menentukan tingkat objektivitas dan reliabilitas pengukuran cost atas suatu cost object.

        Direct cost adalah cost yang bisa ditelusuri secara langsung ke suatu cost object.
        Indirect cost adalah cost yang tidak dapat ditelusuri secara langsung ke cost object.

        Pada kenyataannya, tingkat traceability cost ke cost object bervarisi dari “sangat” direct cost sampai “sangat” indirect cost. Contoh ekstrim direct cost adalah cost yang secara fisik dapat diidentifikasi sebagai bagian dari suatu produk. Secara fisik, unit pembentuk cost dapat diperiksa, ditimbang, atau diukur untuk menentukan tipe dan kuantitas bahan baku unit tersebut. Misalnya kayu pada cost object berupa meja atau kursi. Kayu pada meja atau kursi adalah contoh direct cost yang sangat nyata.

Dekat dengan direct cost yang sangat nyata seperti contoh di atas, terdapat cost
1. Yang dapat ditelusuri secara empiris dengan melakukan observasi terhadap proses pembuatan suatu cost object. Pada proses pembuatan meja dapat diobservasi tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksi, tenaga kerja yang membantu proses produksi, berbagai material kecil yang dipakai, dan energi listrik yang digunakan. Hal ini dilandasi dengan tingkat akurasi penghitungan cost yang diinginkan, tingkat kesulitan untuk melakukan penelusuran tersebut, dan biaya yang diperlukan untuk melakukan penelusuran.

2. Yang harus dialokasikan ke cost object secara arbitrer. Contoh, pada awal proses produksi massal, diperlukan setup cost, yaitu biaya untuk menyetel mesin sesuai dengan spesifikasi produk yang diinginkan. Untuk cost object berupa unit produk, setup cost dialokasikan ke unit-unit sesuai dengan jumlah unit yang diproduksi. Namun, setup cost menjadi direct cost apabila cost object-nya berupa batch, yaitu sekumpulan unit yang diproduksi menggunakan penyetelan mesin yang dalam sama.

3. Yang dapat ditelusuri ke semua produk sejenis yang dihasilkan mulai dari pertama kali produk tersebut diproduksi sampai sekarang dan masa yang akan datang sampai dengan dihentikan produksinya. Termasuk dalam cost yang seperti ini adalah cost desain produk, pengembangan produk, uji coba produk, dan pelatihan tenaga kerja terkait dengan desain baru. Alokasi cost tersebut ke satu unit produk berdasarkan jumlah produk yang akan diproduksi dari awal sampai dengan produk itu dihentikan produksinya.

4. Yang dapat ditelusuri ke proses yang digunakan untuk menghasilkan produk tersebut,

5. Yang dapat ditelusuri ke divisi tempat proses produksi berlangsung,

6. Yang dapat ditelusuri ke bangunan tempat departemen produksi berada, dan seterusnya.

Sebagai ilustrasi, traceability cost ke cost object berupa baju dapat dilihat pada tabel berikut :


Cost object: baju
Traceability
Cost
Fisik
Kain, kancing
Empiris
Tenaga kerja, benang
Arbitrer
Desain, supervisor, kepala divisi produksi, depresiasi peralatan, depresiasi gedung



          Cost traceability penting untuk penentuan harga, keputusan melanjutkan atau menghentikan layanan, dan keputusan-keputusan lain terkait dengan jasa yang diberikan. Contoh, pada layanan makan di hotel terdapat tambahan ongkos jasa pengantaran apabila makanan diantar ke kamar, misalnya sebesar Rp5.000,00. Dengan demikian, tagihan kepada pemesan meliputi harga makanan ditambah ongkos jasa pengantaran. Mengapa ongkos pengantaran tidak ditambahkan ke harga makanan saja? Karena hal ini menyulitkan perhitungan harga makanan, misalnya makanan yang dipesan berupa nasi, ikan, sup, kerupuk, pisang, dan jus jeruk. Bagaimana mengalokasikan ongkos pengantarannya? Apakah berdasarkan beratnya? Tentu sulit dan tidak praktis. Atau dibagi rata sejumlah jenis makanan yang dipesan? Ini lebih mudah tetapi kurang adil. Selain sulit, penambahan ongkos pengantaran ke makanan juga menyebabkan harga makanan menjadi tidak sama antara makanan yang disajikan di restoran hotel dan makanan yang disajikan di kamar. Selain itu, akan ada perbedaan antara harga makanan yang diantar ke kamar satu dan kamar lain apabila jumlah makanan yang diantar berbeda. Misalnya tamu di kamar pertama memesan nasi, ikan, sup, kerupuk, pisang, dan jus jeruk sedangkan tamu di kamar kedua hanya memesan pisang dan jus jeruk untuk dimakan di kamar. Pada kasus ini harga pisang dan jus jeruk yang dibebankan kepada tamu di kamar pertama dan tamu di kamar kedua menjadi berbeda.

       Perhatikan, sebenarnya terdapat dua jenis cost object pada kasus layanan makan di kamar hotel, yang pertama adalah menu makanan yang dipesan dan yang kedua adalah jasa pengantaran. Menu makanan yang dipesan sendiri bisa berupa cost object tunggal apabila hanya satu unit makanan yang dipesan. Namun, makanan yang dipesan bisa juga berupa beberapa cost object yang berbeda apabila terdapat lebih dari satu unit makanan yang dipesan. Dalam menentukan harga makanan yang dipesan, tiap-tiap unit makanan diperlakukan sebagai satu cost object. Adapun terkait jasa pengantaran, yang menjadi cost object adalah jasa pengantaran itu sendiri. Pembedaan cost object jasa pengantaran dari menu makanan seperti di atas sesuai dengan cost traceability-nya karena cost jasa pengantaran hanya bisa ditelusuri ke proses pengantaran saja dan tidak bisa ditelusuri ke menu makanan.

KLASIFIKASI BIAYA

1. Klasifikasi biaya terkait dengan produk.
Manufacturing cost yang disebut juga production cost adalah cost yang diperlukan untuk memproduksi suatu barang. Manufacturing cost terdiri atas direct material (DM), direct Labour (DL), dan factory overhead (FOH). Gabungan direct material dan direct labor disebut prime cost (biaya utama). Penyebutan ini mencerminkan bahwa direct material dan direct labor nilainya besar, terutama pada industri-industri padat karya. Sedangkan kombinasi direct labor dan factory overhead disebut conversion cost (biaya konversi) karena dalam proses produksi kedua biaya inilah yang berkolaborasi mengubah direct material menjadi finished product.

          a. Direct material.
           Direct material adalah seluruh material yang membentuk finished product dan disebutkan secara eksplisit dalam penghitungan cost suatu produk. Tingkat kesulitan menelusuri material dan cost material yang menjadi bagian dari finished product menjadi pertimbangan apakah suatu material termasuk direct material atau bukan. Contoh, untuk cost object berupa meja kayu, direct material-nya adalah kayu. Selain kayu terdapat beberapa material yang menjadi bagian dari meja di antaranya paku, namun nilainya terlalu kecil dibandingkan dengan cost total sehingga paku tidak kelompokkan sebagai direct material.

          b. Direct labor.
           Direct labor adalah tenaga kerja yang secara langsung terlibat dalam proses pengolahan direct material menjadi finished product. Apabila seorang pekerja menangani beberapa proses pengolahan dan sulit untuk mengidentifikasi berapa alokasi waktu pekerja untuk tiap-tiap finished product yang dihasilkan, maka upah pekerja tersebut tidak dikelompokkan sebagai direct labor. Demikian juga apabila upah pekerja tersebut terlalu kecil dibandingkan dengan total cost finished product maka tidak dikelompokkan sebagai direct labor.

          c. Factory overhead.
           Factory overhead adalah semua biaya produksi yang tidak bisa ditelusuri secara langsung, meliputi semua biaya produksi selain direct material dan direct labor. Factory overhead terdiri atas indirect material, indirect labor dan other indirect costs.

           Indirect material adalah material yang diperlukan dalam proses pembuatan finished product namun tidak menjadi bagian dari finished product tersebut. Contoh ampelas yang digunakan untuk menghaluskan permukaan kayu pada proses pembuatan meja. Contoh lain adalah kertas pola yang digunakan oleh penjahit dalam proses pembuatan pakaian.

           Indirect material juga meliputi material yang menjadi bagian dari finished product namun nilainya kecil atau sulit ditelusuri. Paku, lem, dan sekrup termasuk dalam kelompok tersebut. Factory supplies yang meliputi minyak pelumas, kain pembersih, dan sikat untuk membersihkan mesin dan area pabrik termasuk dalam kategori indirect material.

          Indirect labor adalah tenaga kerja yang tidak terlibat secara langsung dalam proses produksi. Indirect labor meliputi supervisor, pemelihara mesin, dan petugas yang menangani material. Indirect labour pada departemen jasa misalnya petugas resepsionis.

2. Klasifikasi biaya terkait dengan volume produksi.

     a. Variable cost.
          Total variable cost bertambah seiring dengan kenaikan volume produksi dalam rentang yang relevan. Dengan kata lain, variable cost per unit konstan ketika volume produksi berubah dalam rentang yang relevan. Terdapat pembatasan dalam “rentangyang relevan”, mengapa? Dalam pembelian material biasanya terdapat diskon apabila jumlah yang dibeli melebihi batas tertentu. Hal ini membuat cost per unit material menjadi lebih kecil. Variable cost meliputi direct material, direct labor dan factory overhead seperti supplies dan bahan bakar. Variable cost menjadi tanggung jawab supervisor karena efisiensi dan efektivitas variable cost di bawah kendali supervisor.
Berikut ini adalah daftar biaya overhead yang biasanya diklasifikasikan sebegai biaya variabel:
  • Perlengkapan
  • Bahan bakar
  • Peralatan kecil
  • Kerusakan, sisa, dan beban reklamasi
  •  Biaya penerimaan
  • Royalti
  • Biaya komunikasi
  • Upah lembur
  • Penanganan bahan baku

      b. Fixed cost.
        Fixed cost jumlahnya tetap meskipun ada perubahan volume produksi dalam rentang yang relevan. Dengan demikian fixed cost per unit menjadi semakin kecil seiring dengan kenaikan volume produksi dalam rentang yang relevan. Ketika volume produksi melebihi kapasitas mesin maka diperlukan penambahan mesin baru sehingga biaya totalnya menjadi tidak tetap lagi. Karena itulah diperlukan pembatasan dalam rentang yang relevan. Fixed cost menjadi tanggung jawab middle management atau executive management. Berikut adalah biaya overhead pabrik yang biasanya diklasifikasikan sebegai biaya tetap / fixed cost :
  • Gaji eksekutif produksi
  • Depresiasi
  • Pajak properti
  • Amortisasi paten
  • Gaji penyelia
  • Asuransi - properti dan kerugian
  • Gaji satpam dan pegawai kebersihan
  • Pemeliharaan dan perbaikan gedung dan bangunan
  • Sewa

     c. Semivariable cost
         Semivariable cost adalah cost yang mengandung unsur fixed dan variable. Contoh, biaya listrik. Biaya listrik yang terpakai untuk penerangan cenderung tetap; sedangkan biaya listrik yang digunakan untuk menyalakan mesin cenderung mengikuti tingkat produksi. Untuk keperluan analisis, cost biasanya dikelompokkan menjadi fixed cost dan variable cost. Berikut ini adalah contoh-contoh lain dari biaya overhead semivariabel :
  • Inspeksi
  • Jasa departemen biaya
  • Jasa departemen penggajian
  • Jasa departemen personalia
  • Jasa kantor pabrik
  • Jasa bahan baku dan persediaan
  • Air dan limbah
  • Pemeliharaan dan perbaikan mesin-mesin pabrik
  • Asuransi kecelakaan dan kesehatan
  • Pajak Penghasilan
  • Pemanasan, listrik, dan generator


3. Klasifikasi biaya terkait dengan departemen produksi atau segmen lain.

      Departemen produksi adalah departemen yang melakukan proses produksi, berupa proses pembentukan, pemotongan, atau perakitan. Departemen jasa adalah departemen yang memberikan jasa kepada departemen lain baik departemen produksi maupun departemen jasa lainnya. Cost departemen jasa merupakan bagian dari factory overhead. Departemen jasa meliputi departemen pemeliharaan, penggajian, akuntansi biaya, pemrosesan data, dan layanan makan.
Istilah direct dan indirect terkait biaya bisa dihubungkan dengan departemen. Biaya yang bisa ditelusuri secara langsung ke suatu departemen disebut direct departemental cost, misalnya gaji pegawai. Sedangkan biaya yang tidak bisa ditelusuri secara langsung ke satu departemen disebut indirect departemental cost, misalnya listrik dan depresiasi gedung.

     Common cost atau biaya bersama adalah biaya dari fasilitas atau jasa yang digunakan oleh dua atau lebih operasi. Misalnya sajaa, gaji dari wakil direktur pemasaran biasanya bukan merupakan biaya bersama yang dibagi dengan departemen sumber daya manusia. Tetapi jika departemen pemasaran memberikan jasanya ke beberapa segmen dari perusahaan secara keseluruhan, maka biaya tersebut dapat dianggap sebagai biaya bersama yang dibagi dengan segmen segmen tersebut.

       Joint Cost atau Biaya gabungan terjadi ketika produksi dari suatu produk menghasilkan satu atau beberapa produk lain tanpa dapat dihindari. Contoh-contoh industri yang menggunakan proses produksi yang melibatkan biaya gabungan yakni industri pengemasan daging, minyak dan gas, serta minuman keras. Dalam industri-industri semacam itu, biaya gabungan dapat dialokasikan ke produk gabungan hanya dengan perhitungan yang arbiter.

4. Klasifikasi biaya terkait dengan periode akuntansi.

      Terkait dengan periode akuntansi, biaya dapat dikelompokkan menjadi belanja modal(capital expenditure) dan belanja pendapatan (revenue expenditure). Capital expenditure adalah pengeluaran yang memberi manfaat lebih dari satu periode, contohnya biaya pembangungan gedung dan biaya pembelian peralatan. Revenue expenditure adalah pengeluaran yang memberikan manfaat hanya untuk satu periode, misalnya gaji pegawai dan beban listrik. Pengelompokkan ini terkait dengan prinsip matching cost against revenue.

5. Klasifikasi biaya terkait dengan pengambilan keputusan.

      Ketika harus mengambil keputusan untuk memilih satu di antara beberapa alternatif, penting untuk mengidentifikasi cost (di samping revenue dan penghematan cost) yang relevan dengan pilihan yang tersedia. Mempertimbangkan hal-hal yang tidak revelan dapat mengarahkan kepada keputusan yang salah. Cost yang relevan dengan pilihan yang tersedia disebut sebagai relevant cost atau differential cost. Revenue atau keuntungan lain yang tidak dapat diperoleh atau hilang akibat memilih alternatif lain disebut sebagai opportunity cost alternatif terpilih. Cost yang sudah terjadi sehingga tidak relevan lagi dengan sebuah keputusan disebut sebagai biaya tertanam (sunk cost).


Pengelompokkan cost terkait dengan produk, volume produksi, departemen, periode akuntansi, dan pengambilan keputusan disajikan pada tabel :


Dasar Klasifikasi
Klasifikasi
Produk

o Direct material
o Direct labor
o Factory overhead
 Indirect material
 Indirect labor
 Other indirect cost

Volume produksi

o Variable costs
o Fixed costs
o Semivariable costs

Departemen

o Direct departemantal cost
o Indirect departemental cost
o Common cost

Periode akuntansi

o Capital expenditure
o Revenue expenditure

Pengambilan keputusan

o Relevant cost
o Opportunity cost
o Sunk cost














Sumber :

Kurniawan, didik. 2017. Buku Ajar Akuntansi Biaya. Tangerang Selatan. PKN STAN.

Carter, william. 2005. Cost Accounting. - . Salemba Empat.










































Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 5 & 6 - PROCESS COSTING

CHAPTER 1 - MANAJEMEN, KONTROLER, DAN AKUNTANSI BIAYA

CHAPTER 7 - THE COST OF QUALITY